Let's Chat

Segmentasi Baru Wisatawan Milenial di Desa Wisata Indonesia

Indonesia adalah negara kesatuan dengan potensi yang melimpah, berupa alam dan budaya. Kenampakan morfologi yang kompleks dimiliki, dari dataran, perbukitan, hingga gunung. Barat ke Timur dan Selatan ke Utara membentang gugusan pulau menjadi potensi di sektor pariwisata. Jumlah pulau yang dimiliki Indonesia menurut LIPI tahun 2014 mencapai lebih dari 17.000, sejumlah 13.466 pulau sudah bernama dan 11.000 pulau di antaranya sudah berpenghuni. Luas daratan Indonesia menurut LIPI tahun 2014 mencapai 1.919.440 km2, sedangkan luas perairannya mencapai 3.257.483 km2 dengan garis pantai sepanjang 99.093 km. Sehingga Indonesia menurut hasil penelitianINdrawan dkk tahun 2007 dijuluki negara mega biodiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi setelah Brazil dengan keunikan, keaslian dan  keindahan alamnya. Selain alamnya, Indonesia juga memiliki potensi budaya yang melimpah. Kemendikbud tahun 2018 berpendapat terdapat sekitar 250 etnis atau suku diantaranya adalah Gayo, Karo, Minagkabau, Melayu, Bajau, Agam, Serawai, Lampung, Betawi, Banten, Sunda, Kangean, Jawa, Madura, Tengger, Sasak, Flores, Dayak, Banjar, Bugis, Kabaena, Toli-toli, Minahasa, Gorontalo, Taliabu, Misool, Biak, Asmat, dan masih banyak lagi.

Potensi yang melimpah dimilki Indonesia menjadikan negara dengan berbagai macam alternatif pilihan untuk dikunjungi wisatawan. Alam dan budaya jika dikemas akan menjadi produk wisata dengan daya pikat menarik bagi wisatawan mancanegara. Salah satu produk yang dimiliki Indoneia adalah desa wisata, dengan atraksi wisata berupa alam dan budaya. Desa wisata adalah satu wilayah administratif atau lebih dengan batasan tertentu yang memiliki produk wisata dengan pengelolaan dilakukan oleh masyarakat lokal.  Indonesia menurut KemendesPDTT tahun 2018 memiliki 74.957 desa, dengan 270 kawasan pedesaan,  122 daerah tertinggal, 619 kawasan transmigrasi, 54 Kabupaten rawan pangan, 41 Kabupaten rawan konflik, 58 Kabupaten memiliki pulau kecil dan terluar, 90 Kabupaten rawan bencana. Indonesia menurut Kemendikbud tahun 2016 memiliki 1.302 desa wisata, dengan 6 peringkat teratas adalah 138 Jawa Barat, 132 Jawa Tengah, 114 Jawa Timur, 92 NTT, 87 Sumatera Utara, dan 57 DIY.

Berbegai pendekatan menjadi latar belakang tumbuh dan berkembangnya desa wisata di Indonesia. Diantaranya adalah masalah-masalah kesejahteraan masyarakat dan pasifnya keterlibatan masyarakat di sektor pariwisata. Untuk menangani masalah tersebut diperlukan upaya pemberdayaan masyarakat yang salah satu pendekatannya melalui pariwisata. Selain masalah, hal positif juga dijadikan latar belakang dalam pengembangan desa menjadi desa wisata. Misalnya saja kondisi alam yang  memang memiliki nilai lebih, mempertahankan kearifan lokal yang dijadikan sebagai atraksi wisata, dan pelestarian lingkungan untuk menjaga kondisi alam tetap berkelanjutan. Untuk memperoleh hasil dari adanya desa wisata maka perlu adanya kunjungan dari wisatawan.

Wisatawan adalah individu atau kelompok yang melakukan perjalanan dengan batasan wilayah dan waktu tertentu dengan tujuan untuk melakukan aktivitas wisata. Wisatawan berkunjug di desa wisata dengan membeli paket-paket wisata yang ditawarkan. Perputaran ekonomi yang dihasilkan dari adanya wisatawan akan menambah penghasilan masyarakat. Wisatawan selama di desa wisata akan membelanjakan uang untuk berbagai hasl, seperti membeli makanan minuman, oleh-oleh, membayar transportasi lokal, dan pengeluaran lainnya yang sifatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Hal seperti ini dijadikan peluang oleh pengelola desa wisata dalam meningkatkan keuntungan pendapatan. Pendapatan lainnya berasal dari produk yang ditawarkan oleh pengelola kepada wisatawan melalui paket-paket wisata. Berbagai motivasi wisatawan untuk berlibur saat ini mengalami perubahan. ABTA annual survey tahun 2008 mengeluarkan hasil survei yang menyatakan 83% ingin liburannya tidak merusak lingkungan, 71% ingin agar liburannya bisa memberikan  keuntungan bagi masyarakat setempat, 54% ingin tahu lebih banyak tentang berbagai isu  sosial budaya dan lingkungan lokal sebelum  mereka memesan tiket liburannya, 77% ingin agar dalam liburannya dapat mencicipi makanan dan budaya lokal.

Berbagai macam karakteristik wisatawan saat ini bermunculan, dari wisatawan ramah lingkungkan, wisatawan backpacker, hingga wisatawa milenial. Wisatawan milenial memiliki beberapa kriteria, diantaranya adalah umur, asal daerah, pekerjaan, pendapatan, konektifitas, frekuensi perjalanan, biaya perjalanan, dan motivasi. Wisatawan milenial di dominasi oleh Generasi Y yaitu wisatawan dengan umur 17-25 tahun. Wisatawan milenial sebagian besar berasal dari daerah yang mengalami perkembangan pesat seperti perkotaan dengan kemudahan akses pada teknologi. Keseharian wisatawan milenial melakukan pekerjaan yang baru dimulai dan pelajar atau mahasiswa. Wisatawan milenial secara mandiri dapat mengatur perjalanannya karena keberanian menggunakan teknologi untuk mencari informasi terkait destinasi wisata yang akan dikunjunginya. Secara kunjungan ke destinasi wisata, maka wisatawan milenial akan mencari destinasi wisaya yang tergolong masih baru dan belum banyak yang mengunjungi. Dalam mengunjungi destinasi wisata, wisatawan milenial cenderung lebih memilih untuk bersama teman-teman seumurnya atau bahkan secara individu. Motivasi bagi wisatawan milenial untuk melakukan perjalanan diantaranya adalah mencari hal menarik, bertemu dengan orang baru, mencoba makanan baru, bersantai sejenak, menikmati pemandangan, mengunjungi tempat mengesankan, berpetualangan dengan merasakan cara hidup yang berbeda, mengunjungi teman di daerah lain, mengikuti acara olahraga, dan mengunjungi negara-negara dengan mata uang terjangkau. Sedangkan menurut penelitian tentang wisatawan milenial di Bali yang dilakukan oleh Parhusip dan Arida tahun 2018 menyebutkan Sebanyak 73% wisatawan milenial di Bali memilih akan mengalokasikan pendapatannya untuk sebuah pengalaman liburan dibandingkan dengan kepemilikan materialistik, dan menunjukkan perjalanan wisata adalah prioritas dalam pengalokasian pendapatannya.

Karakteristik dan motivasi yang menjadi latar belakang wisatawan milenial untuk berlibur dapat dimanfaatkan oleh desa wisata dalam melakukan segmentasi pasar. Segmentasi pasar adalah aktivitas membagi suatu pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli yang berbeda dengan kebutuhan, karakteristik, dan perilaku yang berbeda sehingga membutuhkan produk yang berbeda. Pengelola desa wisata dapat mengambil peluang yang ada dengan menciptakan produk-produk kekinian yang ramah dengan wisatawan milenial. Adanya kesamaan dalam hal latar belakang antara wisatawan milenial dengan desa wisata, akan semakin memperbesar peluang kunjungan wisatawan milenial ke desa wisata. Berbagai pembenahan perlu dilakukan untuk menangkap peluang tersebut harus dilakukan oleh pengelola, misalnya dalam hal media pemasaran secara online, kemudahan akses dalam memesan dan membayar produk desa wisata, branding desa wisata untuk mempengaruhi minat wisatawan milenial, dan adanya peningkatan sumberdaya manusia untuk pemanfaatan teknologi di desa.

Langkah kongkrit dapat dilakukan oleh desa wisata untuk memperbesar peluang kunjungan wisatwan milenial adalah dengan pemanfaatan teknologi. Desa wisata secara kolektif dapat membuat platform digital yang disebut dengan aplikasi elektronik desa wisata atau E-Dewi. Aplikasi ini nantinya berfungsi sebagai pemberi informasi, penerimaan pembayaran, dan interaksi secara online dengan pengelola. Peluang ini didukung dengan adanya data besarnya pemanfaatan teknologi dari hootsuite.com menyebutkan 7.593 billion total population, 4.021 internet users, 3.196 billion active social media users, 5.135 unique mobile users, dan 2.958 billion active mobile social users.  Pengguna internet di Indonesia menurut Kominfo tahun 2018 masuk peringkat 6 besar dunia sampai tahun 2018. Sumber lainnya di apji.or.id menyebutkan 143,26M pengguna internet dari 262M jumlah penduduk Indonesia. Kemenpar tahun 2018 berpendapat bahwa 63% kegiatan travelling saat ini dicari, dipesan dan dijual secara online dan 50% dari penjualan online travel menggunakan lebih dari satu gadget, bahkan sekitar 200 lebih ulusan mengenai travelling permenitnya telah diposting di TripAvisor.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *