Penulis : Novi Embun Tristiani
Editor : Rima Amalia
Nusantara menyimpan banyak sekali kekayaan sumber daya dan keindahan alam yang tak perlu di ragukan lagi kebenarannya. Hampir di setiap sudut nusantara memiliki keindahannya tersendiri dan bahkan hingga sekarang ini masih banyak pariwsata hidden gems, keindahan alam yang masih belum banyak orang ketahui karena kurangnya informasi akan lokasi tersebut. ASIDEWI bersama Livein mengemban misi dalam membuat pariwsata hidden gems tersebut dapat muncul dan dapat memamerkan keindahannya ke public.
Saat itu, bertepatan dengan minggu terakhir tahun 2020, ASIDEWI melakukan Pelatihan Desa Wisata di Sumba Barat Daya yang dilakukan di Tana Humba dalam Gereja, bersama dengan Tau Humba dalam membangun desa wisata. Pelatihan, pesan dan semangat yang disampaikan oleh ASIDEWI ternyata sampai dengan baik kepada para penggerak pariwsiata desa di Sumba Barat Daya. Mereka begitu antusias dengan pelatihan yang diberikan oleh ASIDEWI, pun mereka juga sadar bahwa keindahan alam yang diberikan Tuhan, tidak ingin dinikmatinya sendirian. Namun, mereka ingin membuat seluruh masyarakat Indonesia bahkan dunia ikut merasakan keindahan yang mereka rasakan saat ini.
Setelah berbagi ilmu dalam pelatihan desa wisata di desa-desa wisata Sumba Barat Daya, ASIDEWI bersama Livein mengunjungi Desa Adat Ratenggaro. Pada saat memasuki kawasan Desa Adat Ratenggaro, tim ASIDEWI dan Livein serasa ditarik kembali ke jaman megalithikum sekitar 4.500 tahu yang lalu, dimana masih terdapat kuburan batu tua di sekitar perkampungan. Ratenggaro sendiri memiliki arti yaitu ‘Rate’ yang berarti kuburan, sedangkan ‘Garo’ yang artinya orang-orang Garo. Ukuran dan pahatan pada tiap kubur batu semakin menambah kesan magis dan mendalam pada peninggalan leluhur. Bentuknya yang menyerupai meja datar dan berukuran besar terlihat sangat kokoh meskipun setiap harinya selalu terkena hantaman angin kencang dari arah laut yang terletak di belakang kampung. Selain batu kubur leluhur atau raja, terdapat pula batu kubur warga Rotenggaro lainnya dengan ukuran yang lebih kecil.
Kunjungan tim ASIDEWI dan Livein selain ingin merasakan sensasi magis dari kuburan batu tua tersebut, tim ASIDEWI juga bermalam di Uma Kelada. Dilanjutkan pada pagi harinya dengan melakukan kegiatan zoom meeting sebagai bentuk ASIDEWI dalam menginisiasi desa wisata di seluruh Indonesia, dalam membangun negeri melalui pariwisata desa yang tidak mengenal batas waktu.
Masih di Tanah Marapu, tim ASIDEWI melakukan kunjungan ke kediaman bupati Sumba Barat Daya. Pada kunjungan ini, ASIDEWI ingin memberikan pengetahuan tambahan kepada masyakat dalam menginisiasi desa wisata di Sumba. Hal ini disambut dengan antusias oleh Bapak dr. Kornelius Kodi Mete bersama dengan orang-orang yang berpengaruh di desa adat Tanah Marapu, sehingga dalam pertemuan ini tim ASIDEWI bersama dengan unsur Penthahelix dapat bersama-sama mengembangkan pariwisata desa yang memiliki surga tersembunyi dalam menyongsong pertumbuhan ekonomi di Tanah Marapu.
Kegiatan berikutnya, tim ASIDEWI kembali mengunjungi beberapa stakeholder yang juga memiliki pengaruh pada kemana arah dari desa wisata yang akan dikembangkan. Tim ASIDEWI berkunjung ke kantor dinas Bupati Sumba Tengah. Bersama dengan wakil bupati Daniel Landa, tim ASIDEWI melakukan diskusi ringan mengenai perkembangan pariwisata desa di Tanah Marapu. Hal ini disambut baik oleh wakil bupati Sumba Tengah atas inisiasi ASIDEWI untuk mengembangkan pariwisata desa. ASIDEWI bersama dengan Livein tak hanya mengunjungi satu Desa Adat di Sumba, kedua team juga berkunjung ke Kampung Adat lainnya.
Kunjungan berikutnya adalah Kampung Adat Praijing, yang terletak di Sumba Barat Nusa Tenggara Timur. Pada kunjungan kali ini, ASIDEWI dan Livein juga mendapatkan sambutan hangat dari warga Kampung Adat Praijing, yaitu berupa diberikakanya kain tenun yang baru saja dibuat oleh mama-mama pengrajin kain tenun khas Sumba. Bahan yang digunakan untuk membuat kain tersebut biasanya diambil dari hutan di sekitar desa. Warna biru berasal dari pohon nira dan kuning kemerahan dari akar pohon mengkudu. Proses pembuatannya cukup panjang dan dilakukan secara manual oleh mama-mama yang ada di Prailiu. Pada kunjungan ini, tim ASIDEWI bersama Livein beserta unsur Penthahelix mendiskusikan mengenai perkembangan pariwisata desa yang telah dijalankan di Kampung Adat Praijing.
Pada kegiatan berikutnya, Tim ASIDEWI menghadiri Pelantikan Pengurus DPC ASIDEWI Sumba Barat Daya Periode 2020-2025. Dengan dilantiknya pengurus DPC ASIDEWI sumba barat daya inilah, diharapkan dapat membangun semangat juang dala membangun pariwisata desayang memang benar-benar ramah dengan masyarakatknya, dapat terlaksana dan lebih menyebar keseluruh penjuru indonesia. Harapan lain adalah untuk meningkatkan pengetahuan serta kaderisasi semangat juang pemuda-pemudi Tana Humba melalui pariwisata desa.
Petualangan terakhir ASIDEWI pada tahun 2020 ini diakhir dengan acara Launching Livein 12.12 di Desa Adat Ratenggaro, Nusa Tenggara Timur yang diadakan pada tanggal 12 Desember 2020. Tim ASIDEWI sempat singgah beberapa pekan untuk menikmati keseruan dari kearifan lokal masyarakat adat Ratenggaro yang membuat tim ASIDEWI rindu akan Tanah Marapu sebagai tempat hidden gems yang pernah kami pijak, dengan keramah tamahan ama, ina, aya, ari, umbu, appu, tuya, angu paluhu, angu kawinni, ana munni, serta ana winni. Tim ASIDEWI pasti akan sangat merindukan Tanah Marapu dengan kondisi alam, yang menyapa hangat penuh dengan keberkahan dari Tuhan Yang Maha Kuasa di tahun-tahun yang akan datang.
Facebook : Asidewi – Asosiasi Desa Wisata Indonesia
Website : Asidewi.id
Instagram : @asidewi.id
Twitter : @AsidewiOfficial
Youtube : asidewi