Desa Lubuk Resam berada di kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Bukit Badas, Bengkulu. Berdasarkan sejarahnya, desa atau dusun yang terdapat di dalam HPT Bukit Badas masuk dalam wilayah pemerintahan Margo Soeluma pada masa pemerintahan Belanda tahun 1837 yang meliputi Desa Pandan, Pogo (Puguk), Tanjung Bunga dan Tandjong Seroe. Nama Lubuk Resam masih terbilang asing bahkan belum terkenal. Namun, desa yang berada di pegunungan Bukit Barisan ini, menyimpan banyak potensi yang luar biasa.
Sedangkan Desa Lubuk Resam dan Sekalak bagian dari Marga Pogo. Saat itu, akses menuju desa sulit dijangkau. Tak heran bila desa tersebut menjadi salah satu tempat pelarian para pejuang kemerdekaan saat perang melawan Belanda.
Masyarakat Lubuk Resam memiliki mata pencaharian sebagai petani. Mereka merupakan penduduk asli Suku Serawai, salah satu suku asli di Bengkulu.
Lubuk Resam memiliki 100 lubang gua, salah satunya adalah Gua Kecik. Dinamakan Gua Kecik karena ukuran mulut gua lebih kecil dibandingkan dengan gua lain yang ada di sana. Lokasi gua berada di perkebunan kopi milik masyarakat dengan mulut gua menghadap aliran Sungai Serawai.
Selain gua, Lubuk Resam juga memiliki Sungai Seluma yang cocok untuk arung jeram, budidaya bunga raksasa rafflesia arnoldi, rumah adat Suku Serawai, sawah terasering, rumah baca Krisdayanti dan budaya suku Serawai.
Selain potensi alam, masyarakat disini juga memanfaatkan sumber daya lokal sebagai kerajinan yang sangat unik, cantik dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Salah satu contohnya adalah tas dari rotan, tutup meja makan, bubu ikan dan masih banyak lagi aneka kerajinan berbasis anyaman dan kriya.
“”Desa ini menawarkan banyak petualangan bagi para pecinta alam liar. Bahkan, raflessia yang menurut para peneliti termasuk parasit yang tidak dapat dibudidayakan, berhasil dibudidayakan oleh Gupardi, petani dari Lubuk Resam,” ujar Ketua Umum Asosiasi Desa Wisata Indonesia (Asidewi) Andi Yuwono kepada SHNet, Selasa (16/11).
Menurutnya, Lubuk Resam memiliki potensi alam yang luar biasa. Desa ini sangat mungkin dikembangkan menjadi model desa wisata berbasis petualangan dan konservasi. Ia juga menjuluki Lubuk Resam dengan julukan surga kecil di pegunungan Bukit Barisan.
“Ini desa keren. Asidewi bersama pemerintah desa dan stakeholder Lubuk Resam akan bersama mewujudkan desa ini menjadi desa wisata yang berkelanjutan,” ujarnya.
Sudarmono Kepala desa Lubuk Resam sangat antusias dan mempunyai visi yang besar untuk mengembangkan lubuk resam menjdi desa wisata.
“Kami sangat terbantu dengan hadirnya asidewi di desa kami untuk melatih dan mendampingi masyarakat desa menjadi pelaku pariwisata sekaligus bisa mengelola potensi yang ada menjadi daya tarik yang bisa dikemas menjadi produk dan atraksi wisata di desa ” tukasnya dengan penuh optimis.
(Stevani Elisabeth)
Berita ini pernah diterbitkan di portal Sinarharapan.net