Berbicara mengenai pariwisata tidak terlepas dari Sumber Daya Alam maupun Buatan, dan Sumber Daya Manusia yang berperan sebagai aktor sekaligus subjek atraksi wisata. Pariwisata pada dasarnya menginginkan ketertarikan wisatawan meningkat, hal ini menjadi lumrah bagi masyarakat sekitar tempat wisata, dengan tujuan untuk berlibur, bisnis, maupun tujuan edukasi.
Namun, dalam pengelolaan pariwisata tidaklah semudah apa yang dipikirkan. Pariwisata membutuhkan waktu dan studi banding dengan tempat pariwisata yang lainnya untuk memperoleh target dalam pengembangannya. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini berperan penting dalam pengelolaan pariwisata, dalam berproses bermuncullan kegagalan – kegagalan seperti halnya target tingkat wisatawan untuk mengunjungi tempat pariwisata masih kurang, pengelolaan tempat pariwisata yang gagal dan tidak ramah lingkungan, serta merugikan masyarakat di sekitar tempat pariwisata.
Kegagalan – kegagalam dalam pengelolaan pariwisata ini memuncullkan perdebatan tentang cara pandang atau paradigma pembangunan pariwisata, yang notabenya kurang menguntungkan masyarakat, serta merusak lingkungan wisata. Perdebatan ini muncul karena ketidakadilan pembangunan pariwisata yang tidak berkelanjutan, tidak ramah lingkungan, serta tidak memberikan keuntungan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya di sekitar destinasi pariwisata.
Berangkat dari kegalalan dan perdebatan dari berbagai paradigma, lahirlah pemikiran dalam mengembangkan pariwisata yang berpihak pada masyarakat. Pariwisata ini menjadi pariwisata alternatif sebagai solusi dalam pengembangannya, menjadi pariwisata berkelanjutan, pariwisata bertanggung jawab, pariwisata ramah lingkungan (ekowisata), dan pariwisata pro rakyat kecil. Pertama, pariwisata berkelanjutan merupakan pariwisata yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang. Kedua, pariwisata bertanggung jawab merupakan pariwisata yang mempertimbangkan dan mengurangi dampak negatif kegiatannya bagi lingkungan alam dan budaya sekitar. Ketiga, pariwisata ramah lingkungan (ekowisata) merupakan perjalanan bertanggung jawab ke tempat – tempat alami yang melestarikan lingkungan hidup, dan menjaga kesejahteraan masyarakat setempat. Terakhir, pariwisata pro rakyat kecil merupakan pariwisata yang menghasilkan keuntungan bagi penduduk yang hidup kekurangan.
Demikian dari berbagai pemikiran mengenai pariwisata yang “ramah” dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya disepakati sebagai pariwisata berbasis komunitas atau yang tidak merugikan masyarakat sekitar, lingkungan, dan budaya lokal masyarakat, penyebutan ini lebih dikenal sebagai Community Based Tourism (CBT).
Community Based Tourism (CBT) ini, mengutamakan masyarakat lokal sekitar destinasi wisata menjadi subjek sekaligus objek dalam managemen pariwisata. Peran masyarakat dalam konsep CBT ini sangat penting bagi keberlangsungan pariwisata, peran masyarakat adalah sebagai pelaku, penerima manfaat, serta sebagai pembuat kebijakan. Selain itu, dalam Community Based Tourism (CBT) mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada bidang ekonomi, dengan cara tenaga kerja (menciptakan lapangan pekerjaan) di destinasi wisata yang berbasis CBT yang mengutamakan masyarakat lokal; dalam bidang sosial yang memunculkan kebanggan masyarakat; pada bidang politik, menciptakan masyarakat yang kritis terhadap realitas sosial yang ada, dengan cara pengambilan keputusan yang didasari pada argumen yang kuat dan ramah di berbagai bidang; serta, dalam bidang budaya lokal, konsep CBT ini tidak menghapuskan budaya lokal yang ada di masyarakat, justru budaya lokallah yang menjadi keunikan pada destinasi wisata tersebut, sehingga budaya lokal harus tetap terjaga dan dilestarikan oleh masyarakat lokal itu sendiri.
Community Based Tourism (CBT) sangat bergantung dengan karakteristik dan kondisi masyarakat di destinasi wisata yang mempunyai atraksi wisata tersendiri dalam menarik wisatawan. Hal tersebut keterlibatan masyarakat lokal dalam memanagemen dan mengembangkan pariwisata sangatlah penting. Selain itu, dengan adanya CBT juga dapat memeratakan akses ekonomi bagi seluruh lapisan masyarakat di sekitar destinasi pariwisata, yang tidak lain sangat bermanfaat bagi kelangsungan di bidang ekonomi yang dapat menunjang pendapatan sehari – hari terpebuhi. Pada konsep CBT juga dapat memberdayakan politik masyarakat lokal, yang bertujuan untuk meletakkan masyarakat lokal sebagai pengambil keputusan, dan hal ini juga tidak terlepas dari adanya rembug bareng oleh masyarakat lokal itu sendiri. Jadi, pada intinya pariwisata yang menggunakan konsep Community Based Tourism (CBT) adalah pemberdayaan masyarakat.
_______________________
Facebook : Asidewi – Asosiasi Desa Wisata
Website : asidewi.id
Instagram : asidewi.id
Twitter : @AsidewiOfficial
Youtube : asidewi