Pelatihan diadakan pada tanggal 7-10 November 2017 di Aula Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Blitar mulai pukul 8 hingga pukul 2 siang. Beberapa materi yang diberikan antara lain terkait teknik kepemanduan, bahasa Inggris untuk pariwisata, keimigrasian, materi dari Himpunan Pramuwisata Indonesia, pertolongan pertama saat terjadi masalah kesehatan, dan kebijakan pengembangan SDM di bidang pramuwisata Jawa Timur. Setelah mendapatkan materi, peserta pelatihan juga diajak untuk praktik langsung di beberapa lokasi wisata seperti Makam Bung Karno, Istana Gebang, Monumen PETA, dan Kampoeng Bathok Tanjungsari.
Menurut Indra, peserta pelatihan guide dari Kelurahan Rembang, pelatihan dan sertifikasi ini memberinya wawasan tentang pariwisata di Kota Blitar. Senada dengan Indra, Ade yang merupakan perwakilan dari Kelurahan Kepanjen Kidul, menyatakan bahwa pelatihan ini membuatnya lebih mengerti tentang dunia pramuwisata, mengenal potensi wisata di Kota Blitar, dan juga mengenal teman-teman baru yang juga memiliki minat di bidang pariwisata.
Menurut data dari Kementerian Pariwisata, pada tahun 2017 industri pariwisata telah menyumbangkan devisa terbesar kedua di Indonesia, karena jumlah wisatawan asing yang datang ke Indonesia menembus 12 juta orang di tahun 2016. Bahkan diproyeksikan nantinya akan menjadi penyumbang devisa terbesar pertama mengalahkan industri kelapa sawit dan industri migas. Sehingga pembangunan SDM di bidang pariwisata terutama di daerah sangat penting dilakukan. Selain itu, pariwisata berbasis ekowisata mempunyai dua manfaat penting yang bisa menjadi solusi dari berbagai permasalahan sosial di Indonesia. Pertama, merupakan kesempatan emas bagi penduduk desa untuk menggerakkan perekonomiannya, sehingga bisa mengurangi angka urbanisasi dan mengurangi pengiriman buruh migran ke luar negeri. Kedua, pengembangan ekowisata juga bisa sebagai upaya untuk menjaga kelestarian alam dan kearifan lokal di daerah. Serta bisa mewujudkan kampung wisata hebat dan bangsa bermartabat.