

Rangkaian Ekspedisi Asidewi Sabuk Nusantara 2019 memasuki daerah berikutnya, yaitu di Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Pada tanggal 24-26 Juni 2019 Asidewi dipercaya oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Maros untuk memberikan materi pada Pelatihan Pariwisata Tahun 2019. Peserta pelatihan berasal dari berbagai kelembagaan di bidang pariwisata. Diantaranya adalah Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Cabang Kab. Maros, Kelompok Sadarwisata (Pokdarwis), Taman Wisata Alam Bantimurung, dan Pengelola kuliner Kab. Maros.


Selain keterlibatan Asidewi, ada lembaga lain yang sengaja dilibatkan dalam memberikan materi dalam pelatihan. Diantaranya dari unsur akademisi Politeknik Makassar, Komunitas Hiduplah Indonesia Raya (Hidora), DPD HPI Sulawesi Selatan, dan Pemkab Maros. Beberapa materi yang disampaikan antara lain adalah potensi dan pengembangan pariwisata, gambaran perkembangan pariwisata nasional, gambaran pengembangan ekowisata secara nasional, budaya sebagai daya tarik wisata, produk wisata budaya atau kuliner, pengembangan desa wisata, teknik kepemanduan wisata, dan mempraktekkan materi dalam field trip.
Asidewi yang diwakilkan oleh salah satu anggotanya Muhammad Irsyad, S.AB memberikan materi dengan judul pengembangan desa wisata. Dalam materi yang disamapaikan memuat beberapa inti pemabahasan diantaranya adalah, perbedaan desa wisata dan wisata desa, kondisi pariwisata Kab. Maros, produk wisata, sumberdaya manusia, stakeholders, dan promosi. Pelatihan ini dialakukan secara partisipatif dengan melibatkan peran aktif peserta pelatihan. Peserta dilibatkan dengan mengkaji faktor internal berupa kekuatan dan kekurangan, mendeskripsikan potensi wisata dan atraksi wisata, memetakan sumberdaya manusia di wilayahnya, dan menilai keterlibatan stakeholders dalam pengembangan pariwisata. Keterlibatan ini dapat diterapkan sebagai alat untuk memulai mengembangkan potensi yang ada di desa menjadi desa wisata.


Pelatihan hari terakhir ditutup dengan melakukan fieldtrip pada beberapa objek dan daya tarik wisata (ODTW). Diantaranya ODTW tersebut adalah Rammang-rammang, Taman Prasejarah Leang-leang, dan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung. Tidak sekedar menerima materi di dalam ruangan, pelatihan ini juga mengimplmentasikan materi tersebut. Diantaranya materi yang coba diterapkan adalah teknik kepemanduan wisata, keterlibatan aktif masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata, dan sinergitas stakeholders dalam pengembangan pariwisata daerah. Beberapa isu-isu yang menghambat pengembangan pariwisata di daerah diantaranya adalah meningkatnya harga tiket pesawat, pasifnya keterlibatan masyarakat lokal, kerusakan lingkungan akibat dari penambangan sumberdaya secara berlebihan, belum bersinerginya stakeholders dalam pengembangan pariwisata dan branding pariwisata Kab. Maros yang mengenalkan atrksi wisata daerah. Bentuk aksi nyata dalam menangani isu-isu tersebut, Asidewi memberikan solusi berupa pembelajaran mandiri dalam buku dengan judul Desa Wisata Benteng NKRI yang diserahkan kepada Disbudpar Kab. Maros dan peseta terbaik dalam pelatihan. (Muhammad Irsyad)